Tafsir Falsafah Bencana

Berbagai bencana alam yang menimpa umat manusia seperti: gempa bumi, badai dan sebagainya, adakalanya mengandung unsur hukuman, sebagaimana yang terjadi pada kaum Luth: “Maka ketika datang perkara Kami, ‘Kami balikkan negeri kaum Luth’, yaitu yang bagian atasnya ke bawah, dan Kami hujani dengan batu dari tanah yang terbakar secara bertubi-tubi” (QS. Hud, 82). Atau yang terjadi pada kaum Saba: “Mereka berpaling, maka Kami kirim banjir besar kepada mereka” (QS. Saba’, 16).
Tapi kadang pula bencana terjadi sebagai peringatan kepada umat manusia agar mereka kembali ke jalan yang benar.
“Telah tampak kerusakan di darat maupun di laut karena ulah tangan-tangan manusia, maka Allah akan membuat mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, supaya mereka kembali” (QS. Al-Rum, 41).
Tentu, bencana semacam ini adalah bagian dari kasih sayang Allah SWT. Sedangkan yang berupa hukuman, itu terjadi karena kesalahan manusia sendiri dan karena kejahilannya.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum sampai kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka” (QS. Al-Ra’d, 11).
“Apa yang nenimpamu berupa kebaikan datangnya dari Allah, dan apa yang menimpamu berupa keburukan datangnya dari dirimu sendiri” (QS. Al-Nisa’, 79).
Sumber: Nashir Makarim Syirazi, I’tiqade-ma, Qom, 1375 HS.