Pengarang Pertama dalam Ilmu Qira’ah Al-Quran

Orang pertama yang merumuskan ilmu Qira’ah Al-Quran adalah Aban bin Taghlab Ruba’i Abu Said. Ia juga biasa dipanggil dengan nama nasabnya, Abu Umaimah Kufi. Najasyi dalam Asma’ Mushannif Al-Syi’ah mengatakan, “Sesungguhnya Aban rahimahullah adalah pelopor di pelbagai bidang ilmu Al-Quran, Fikih dan Hadis. Aban juga memiliki bacaan tersendiri yang masyhur di kalangan para pembaca (qari’) Al-Quran.”
Najasyi dalam periwayatan kitab tafsir Aban mengurut sanadnya dari Muhammad bin Musa bin Abu Maryam, pengarang kitab Al-Lu’lu’, sampai ke Aban. Di sana Aban mengatakan, “Pertama-tama itu sebagai pelatihan.”
Ibnu Nadim dalam Al-Fahrast menyebutkan karangan Aban mengenai ilmu Qira’ah Al-Quran. Ia mengatakan, “Di antara karya-karya Aban adalah kitab Ma’ani Al-Qur’an yang indah, Kitab Al-Qira’ah dan Kitab min Al-Ushul mengenai ilmu Riwayat menurut mazhab Syiah.”
Setelah Aban adalah Hamzah bin Habib, salah seorang pencipta tujuh bacaan Al-Quran, yang mengarang kitab Al-Qira’ah. Ibnu Nadim mengatakan di dalam Al-Fahrast, “Al-Qira’ah adalah kitab yang ditulis oleh Hamzah bin Habib, salah seorang dari tujuh sahabat terdekat Imam Ja’far Al-Shadiq a.s.”
Sementara itu, Syekh Thaifah Abu Ja’far Al-Thusi telah mengulas ihwal Hamzah ini di dalam Kitab Al-Rijal seputar sahabat-sahabat Imam Al-Shadiq a.s. Dan telah ditemukan catatan yang ditulis oleh Syekh Syahid Muhammad bin Makki dari Syekh Jamaluddin Ahmad bin Muhammad bin Haddad Hilli, yaitu demikian, “Al-Kisaie telah belajar al-Quran pada Hamzah, dan Hamzah pada Abu Abdillah Ja’far Al-Shadiq, dan Al-Shadiq pada ayahnya, dan ayahnya pada ayahnya, dan ayahnya pada ayahnya, dan ayahnya pada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s.”
Hamzah juga belajar pada Al-A’masy dan Himran bin A’yan, yang keduanya adalah tokoh besar Syiah.
Hingga kini, belum ada nama yang dikenal selain Aban dan Hamzah dalam pengarangan kitab di bidang ilmu Qira’ah Al-Quran. Misalnya, Al-Dzahabi dan selainnya yang menulis buku tentang generasi para pembaca al-Quran, mencatat bahwa orang pertama yang mengarang di bidang Qira’ah adalah Abu ‘Ubaid Al-Qasim bin Salam yang wafat pada 224 H. Menurut catatan ini, jelas Aban telah memulai lebih dahulu, sebab Al-Dzahabi sendiri di dalam Al-Mizan dan Suyuthi dalam Al-Thabaqat menuliskan tahun wafat Aban pada 141 H. Maka itu, Aban 83 tahun lebih dahulu mengarang daripada Abu Ubaid.
Begitu pula berkaitan dengan Hamzah bin Habib. Al-Dzahabi dan Suyuthi menuliskan tahun kelahirannya pada 80 H dan tahun wafatnya pada 156 H. Ada yang mengatakan wafatnya pada 154 H, ada pula yang mencatatnya pada 158 H, kendati tahun yang terakhir ini tidak tepat.
Alhasil, dapat disimpulkan bahwa kaum Syiah adalah pelopor di bidang penyusunan ilmu Qira’ah. Fakta ini tidaklah luput dari ketelitian sang penghafal al-Quran, Al-Dzahabi, dan sang penghafal al-Quran dari Suriah, Imam Suyuthi. Hanya saja, mereka hendak menunjukkan Muslim pertama di antara Ahli Sunnah yang mengarang kitab di bidang Qira’ah, bukan di antara umat Islam secara umum.
Di samping itu, dalam perihal penyusunan ilmu Qira’ah, terdapat sekelompok Syiah selain yang telah saya sebutkan seperti: Ibnu Sa’dan Abu Ja’far bin Sa’dan Dhurair. Ia aktif sebagai penyusun ilmu Qira’ah sebelum Abu Ubaid. Pada tema “Pembaca-pembaca Syiah”, Ibnu Nadim dalam Al-Fahrast menuliskan, “Ibnu Sa’dan adalah guru kaum Ahli Sunnah, salah seorang pembaca menurut bacaan Hamzah, lalu ia memilih bacaan untuk dirinya sendiri. Ia lahir di Baghdad, bermazhab Kufah (di bidang Nahwu), dan wafat pada 131 H di hari Arafah. Di antara karya-karyanya adalah Kitab Al- Qira’ah, Mukhtashar Al-Nahw. Dan ia pun memiliki kumpulan definisi, semacam kumpulan definisi Al-Farra’.”
Seperti juga Ibnu Sa’dan adalah Muhammad bin Hasan bin Abu Sarah Rawasi Kufi, guru Al-Kisa’i dan Al-Farra’. Ia adalah salah seorang sahabat dekat Imam Muhammad Al-Baqir as. Abu Amr Al-Dani telah menyebutkannya di dalam Thabaqat Al-Qurra’, dan mengatakan, “Muhammad bin Hasan telah meriwayatkan ilmu Huruf dari Abu Amr dan belajar pada Al-A’masy, seorang ulama Syiah. Ia mempunyai mazhab yang khas dalam ilmu Qira’ah yang juga dianut oleh sebagian orang. Darinyalah Khallad bin Khalid Manqari dan Ali bin Muhammad Kindi belajar ilmu Huruf. Darinya pula Al-Kisaie dan Al-Farra’ meriwayatkan ilmu tersebut.”
Muhammad bin Hasan wafat pada belasan tahun setelah seratus Hijriah. Di antara karya-karyanya adalah Kitab Al-Waqf, Al-Ibtida’ dalam edisi besar dan kecil, dan Kitab Al-Hamaz sebagaimana yang dicatat oleh Najasyi di dalam Asma’ Mushannaf Al-Syi’ah dan oleh selainnya.
Di sini perlu juga dibubuhkan nama Zaid, sang syahid. Ia mempunyai qira’ah datuknya, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s., sebagaimana telah dinukil oleh Umar bin Musa Rajhi. Di pembukaan kitab Qira’at Zaid, Umar mengatakan, “Aku telah mendengar qira’ah ini dari Zaid bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib a.s. Sungguh aku tidak pernah menemukan orang yang paling mengerti tentang Al-Quran, ayat-ayat nasikh dan mansukh-nya, struktur dan tata bahasanya, selain Zaid bin Ali.”
Zaid gugur syahid pada tahun 122 H di masa khalifah Bani Umayyah, Hisyam bin Abdul Malik. Di saat wafat, ia berusia 42 tahun, lantaran ia lahir pada 82 H.
Semua nama-nama yang telah dibawakan di atas tadi benar-benar telah memulai lebih dahulu dalam penyusunan dan perumusan ilmu Qira’ah (pembacaan al-Quran) daripada Abu Ubaid Qasim bin Salam. Dengan ini, dapat dibuktikan kepeloporan kaum Syiah dalam menggagas ilmu Qira’ah.
Sumber: Hasan Shadr, Syi’ah Wa Funun Al-Islam, Qom, 2007