Lailatul Qadar (1)

0
1939

arafah-maPeristiwa terpenting dalam bulan suci Ramadhan ialah malam Lailatul Qadar yang senantiasa dan selalu menjadi perhatian kaum Muslimin. Tema ini akan ditelaah sepanjang pandangan Allamah Thabathaba’i dalam tafsir Al-Mizan.

Arti malam Lailatul Qadar
Maksud dari Qadar ialah pengkadaran atau pengukuran, sedangkan malam Lailatul Qadar adalah malam pentakdiran dan pengukuran. Pada malam ini, Allah SWT akan menentukan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi selama setahun ke depan, dan menetapkan kehidupan, kematian, rezeki, keselamatan dan kesesatan bagi manusia.

Kapankah malam Lailatul Qadar tiba?
Dalam Al-Qur’an tidak ditemukan satu pun ayat yang dengan gamblang menjelaskan kapan terjadinya malam Lailatul Qadar. Akan tetapi, dari sejumlah ayat Al-Quran dapat dipahami bahwa malam agung ini ialah salah satu malam dari malam-malam bulan suci Ramadhan. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam yang diberkahi”, (QS. Al-Dukhan: 3).

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Allah SWT menurunkan Al-Quran secara sekaligus di malam yang penuh diberkahi. Kemudian dalam ayat lainnya Allah SWT berfirman:

“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran.” (QS. Al-Baqarah: 185).

Dalam ayat ini, secara gamlang Allah SWT menyatakan bahwa Al-Quran turun pada bulan Ramadhan. Dalam salah satu ayat surah Al-Qadar, Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) dalam Malam Qadar”. (QS. Al-Qadar: 1).

Dari sekumpulan ayat-ayat ini dapat disimpulkan bahwa Al-Quran diturunkan pada malam Lailatul Qadar, malam yang diberkahi yang menjadi bagian dari malam-malam bulan Ramadhan.

Yang menjadi pertanyaan di sini, malam manakah dari malam-malam bulan suci Ramadhan yang merupakan malam Lailatul Qadar?

Dalam Al-Quran, tidak dijumpai penjelasan atas pertanyaan, namun itu akan ditemui dalam riwayat. Dalam sebagian riwayat yang dinukil dari para imam suci Ahlul Bait a.s. disebutkan bahwa malam Lailatul Qadar berkisar antara malam ke-19, ke-21 dan ke-23. Dalam sebagian riwayat lain dikatakan berkisar antara malam ke-21 dan ke-23. Sedangkan dalam sebagian lainnya, malam suci ini tiba pada malam ke-23 (Allamah Thabarsi, Tafsir Majma’ Al-Bayan, jld. 10, hlm. 519).

Baca juga :   Wacana: Antara Syiah dan Rafidlah

Tidak diungkapkannya satu malam tertentu bagi malam Lailatul Qadar adalah dalam rangka menjaga kemuliaan malam ini sehingga, dengan kebodohan, seorang tidak akan menodai kesuciannya dengan dosa-dosa yang akan diperbuatnya malam itu.

Atas dasar ini, menurut riwayat Ahlul Bait a.s., malam Lailatul Qadar ialah salah satu malam di antara malam-malam bulan Ramadhan, yaitu salah satu dari malam-malam ke-19, ke-21 dan ke-23.

Sementara riwayat-riwayat Ahli Sunnah dalam masalah ini tidak memiliki penjelasan yang sama, sehingga sulit untuk menggabungkan kesimpulan yang ada. Hanya saja, sudah terkenal dalam kalangan Ahli Sunnah bahwa malam ke-27 bulan Ramadhan adalah malam Lailatul Qadar dan pada malam ini Al-Qur’an diturunkan (Suyuthi, Tafsîr Ad-Dur Al-Mantsur, jld. 6, hlm. 221).

Lailatul Qadar Tiba setiap Tahun
Lailatul Qadar tidak hanya terbatas pada malam saat turunnya Al-Quran, yaitu pada tahun ketika Al-Qur’an diturunkan. Oleh sebab itu, di setiap tahun pada bulan Ramadhan akan terdapat Lailatul Qadar yang di dalamnya ditentukan perkara-perkara setahun ke depan.

Dalam membuktikan klaim ini, terdapat beberapa dalil, di antaranya:

Pertama: turunnya Al-Quran secara sekaligus pada salah satu malam Lailatul Qadar 14 abad yang lalu adalah satu hal yang mungkin saja terjadi. Akan tetapi penetapan peristiwa-peristiwa seluruh abad yang telah lalu dan yang akan datang, dari malam itu, menjadi suatu yang tidak bermakna.

Kedua: karena kata يفرق dalam ayat suci فيها يفرق كل امر حكيم (Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, QS. Al-Dukhan: 4) ialah fi’il mudhari’ yang mengandung arti masa sekarang. Oleh karena itu, kata tersebut bermakna kontinuitas. Demikian pula, kata تنزل dalam ayat mulia تنزل الملئكه والروح فيها باذن ربهم من كل امر (Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan, QS. Al-Qadr: 4) juga menunjukkan kontuinitas karena ia juga berbentuk fi’il mudhari’.

Baca juga :   Awal dan Penundaan Turunnya Al-Quran

Ketiga: dari firman Allah SWT, “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran” (QS. Al-Baqarah: 185), dapat disimpulkan bahwa Lailatul Qadar akan terus terulang pada malam bulan-bulan Ramadhan dan tidak hanya terbatas pada satu malam Ramadhan saat diturunkannya Al-Quran.

Terkait hal ini, Syaikh Thusi menukil sebuah riwayat dari Abu Dzar, ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, ‘Apakah Lailatul Qadar adalah malam yang dijanjikan pada para nabi dan diturunkan urusan-urusan pada mereka, namun karena mereka sudah tiada, lantas perkara tersebut tidak lagi diturunkan?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Tidak! Tetapi malam Lailatul Qadar (akan ada) sampai hari Kiamat” (Tafsir Al-Burhan, jld, 4, hlm. 488).
.
Kebesaran Lailatul Qadar
Dalam Surah Al-Qadar disebutkan, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (QS. Al-Qadr: 1-3).

Apabila Allah SWT sekedar ingin menjelaskan kebesaran malam Lailatul Qadar, cukup dengan Dia berfirman, “Dan tahukah kamu apakah ia? Ia lebih baik dari seribu bulan”.

Artinya, bisa saja Allah SWT dalam firman-Nya menggunakan kata ganti dari malam Lailatul Qadar (yang diartikan dengan malam kemuliaan) pada ayat kedua dan ketiga. Akan tetapi Allah SWT tetap menyebutkan kalimat lailatu al-qadr guna menunjukkan kebesaran malam tersebut.

Kemudian Allah SWT menjelaskan kebesaran malam ini dengan berfirman, “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” Malam ini dikatakan lebih baik dari pada seribu bulan ialah dari sisi keutamaan ibadah di dalamnya. Hal ini sesuai dengan tujuan diturunkannya Al-Qur’an, sebab kitab suci ini menginginkan agar manusia mendekatkan diri kepada Allah dan mengajak manusia kepadanya. Oleh karenanya, beribadah pada malam Lailatul Qadar lebih baik dari ibadah seribu bulan.

Baca juga :   Keadilan dalam Perspektif Imam Ali bin Abi Thalib a.s.

Telah ditanyakan kepada Imam Ja’far Al-Shadiq a.s., “Bagaimana mungkin Malam Qadar lebih baik dari seribu bulan?” Imam menjawab, “Ibadah pada Malam Qadar lebih baik dari ibadah dalam seribu bulan yang di dalamnya tidak ada Malam Qadar (Kulaini, Furu’ Al-Kafi, jld. 4, hlm. 157)[ANH]

Sumber; www.bashgah.net

(Visited 678 times, 1 visits today)

Leave a reply