Kenapa Ada Kejahatan?

0
1386

Jelas bahwa ada kezaliman yang telah merajalela di dunia yang sedang kita tinggali ini. Diantara umat manusia dan hewan, pasti ada yang melakukan kezaliman. Meskipun tidak ada pelaku kezaliman, masih saja ada makhluk yang terzalimi. Seperti bayi yang sakit dan lain sebagainya. Kita juga sering melihat hewan-hewan tak berdosa menjadi mangsa hewan-hewan lain yang lebih kuat lalu mati tercabik-cabik dan mengenaskan.

Jawabannya: sebelum memasuki pembahasan dan menjawab hal ini, kita harus saling menyadari bahwa alam semesta telah tercipta berdasarkan undang-undang sebab dan akibat. Alam materi ini telah diciptakan atas dasar hukum alam yang tidak dapat dihindari siapapun; bukan atas dasar emosi rasa kasihan dan belas hati. Misalnya, sifat api adalah membakar. Maka setiap maujud—yang dapat dibakar—yang ia temui akan terbakar; entah baju seorang nabi atau pun celana seorang penjahat. Hewan-hewan buas dan burung-burung pemangsa jika tidak memangsa mereka akan mati kelaparan. Hukum alam memang sudah diatur seperti ini dan tidak ada masalah dengan hal itu. Begitu pula manusia, ia boleh-boleh saja memakan daging sebagian hewan; karena daging sebagian hewan adalah makanan manusia.

Dengan demikian, pada hakikatnya selain perbuatan yang telah dilakukan oleh umat manusia tidak ada yang dapat disebut sebagai kezaliman. Kejadian-kejadian menyedihkan yang terjadi pada alam semesta tidak dapat disebut sebagai kezaliman. Kita hanya dapat menyebutnya sebagai “bencana” yang mana di balik keburukan bencana tersebut terdapat kebaikan yang tersembunyi. Bayi berumur enam bulan yang sedang sakit bukan berarti terzalimi; akan tetapi ia telah tertimpa bencana alami yang diakibatkan oleh beberapa faktor penyakit. Kita tidak bisa menyebut seekor kucing yang berada di cengkraman cakar anjing sebagai hewan yang dizalimi; karena itu adalah hal yang wajar dan kucing juga akan melakukan hal yang sama terhadap seekor tikus.

Ya, makhluk yang bernama manusia yang mana terkadang hidupnya ia jalankan berdasarkan hawa nafsu, emosi, perasaan, serta ikhtiar, karena ia memiliki banyak kebutuhan hidup yang harus dipenuhi dan tidak dapat dipenuhi kecuali dengan bantuan orang lain, terpaksa ia memilih untuk hidup bermasyarakat. Dan secara alamiah, ia harus mau menerima dan menjalankan hukum-hukum sosial untuk hidup bermasyarakat. Dengan demikian, hak-hak setiap orang dapat terlindungi dan dapat diberikan kepada mereka masing-masing. Dengan adanya hukum-hukum ini, hak-hak setiap orang secara resmi terlindung dan tak ada seorang pun yang boleh melangkahinya. Pelanggaran hak sesama inilah yang disebut oleh umat manusia sebagai kezaliman dan perbuatan jahat.

Baca juga :   Garis-garis Besar Akidah Syiah (4): Imamah

Dengan keterangan ini akan menjadi jelas bahwa di luar interaksi hidup umat manusia, tidak ada yang dapat disebut dengan kezaliman. Oleh karenanya segala macam peristiwa buruk yang menimpa manusia, pada hakikatnya bukan kezaliman; sebagaimana yang telah dijelaskan, itu adalah hal yang alami dan ada beberapa hikmah yang tersembunyi di baliknya. Sebagaimana ketika seorang manusia sedang mempertahankan hak-haknya yang lebih penting, ia terkadang sengaja meninggalkan beberapa hak yang kurang penting. Dan ditinggalkannya hak-hak yang kurang penting demi hak-hak yang labih penting bukanlah kezaliman. Jika beberapa peristiwa semacam eksekusi membuat sebagian orang berpikiran bahwa hal tersebut adalah kezaliman, maka pemikiran seperti ini salah. Karena pada dasarnya eksekusi ibarat pembalasan yang diberikan kepada orang yang telah melakukan suatu kezaliman. Ya, bagi orang yang dikenai hukuman, eksekusi adalah keburukan; tetapi ia tidak berhak mengatakan bahwa eksekusi baginya adalah kezaliman.

Allah Swt berfirman: “…dan barang siapa berbuat buruk kepada kalian, maka balaslah perbuatan tersebut sebagaimana yang telah mereka lakukan terhadap kalian…” (QS. Al-Baqarah: 194).

Anda pernah menulis seperti ini: “Ada seorang pria yang berkata: “ketika seekor hewan kecil menjadi mangsa hewan yang lebih besar, maka hewan tersebut menjadi lebih sempurna (Yakni daging hewan yang lebih kecil menjadi bagian dari tubuh hewan yang lebih besar dan ia menjadi lebih sempurna).” Di saat daging kucing menjadi bagian tubuh anjing, maka apa yang sempurna?”

Penjelasan ini merupakan sebuah pandangan filosofis dan memang benar. Pendapat ini merupakan cabang dari sebuah teori filosofis yang disebut dengan teori Harakatul Jauhariyah. Karena teori ini sangat berat untuk di bahas dan membutuhkan penjelasan yang sangat panjang, maka kita tidak bisa membahasnya hanya dalam beberapa lembar surat seperti ini.

Anda juga pernah menulis seperti ini: “Beberapa orang berkata: “Pemilik segala sesuatu adalah Tuhan.” Ia sendiri mengerti hal itu, dan saya juga dapat memahaminya. Akan tetapi permasalahannya, bukankah dalam Al-Qur’an telah dijelaskan secara gamblang bahwa Tuhan sama sekali tidak berbuat zalim kepada makhluk-Nya.”

Penjelasan yang benar seperti ini: segala yang ada di dalam alam semesta dan setiap kesempurnaan yang mungkin dicapai oleh siapapun adalah milik Allah Swt Tuhan pencipta alam. Segala yang dimiliki manusia dari yang sangat kecil sampai yang besar adalah pemberihan Tuhan. Padahal tak satu pun makhluk memiliki hak hakiki yang oleh karenanya Tuhan terpaksa memberikan berbagai macam anugerah kepadanya. Tak ada satupun faktor yang memaksa Tuhan untuk melakukan sesuatu atau meninggalkannya demi kita. Hak yang dimiliki oleh makhluk, sebenarnya adalah milik sang Khalik. Dengan demikian, segala macam kejadian alam seperti halnya musibah dan bencana yang menimpa hamba-hamba-Nya adalah milik Tuhan dan hamba tidak memiliki hak apa-apa. Allah Swt berfirman: “…dan Allah melakukan segala yang Ia kehendaki…” (QS. Ibrahim: 27).

Baca juga :   Islam: Agama Abadi dan Dinamis

Oleh karenanya, hal itu tidak dapat disebut sebagai kezaliman. Bukan hanya Tuhan tidak zalim, bahkan perbuatan-Nya tidak dapat kita cela. Nikmat dan anugerah yang Ia berikan adalah rahmat-Nya. Adapun musibah dan bencana, adalah tiadanya rahmat Tuhan. Ia berfirman: “Ketika Allah membuka pintu rahmat-Nya, tak satupun ada yang mampu mencegah-Nya. Dan jika Allah mencegah sesuatu untuk tidak terjadi, maka tak seorangpun ada yang mampu membuatnya terjadi.” (QS. Fathir: 2).

Ya, jika Allah Swt memberikan suatu hak kepada seorang hamba, lalu menghapusnya tanpa alasan, maka itu adalah kezaliman. Misalnya, sebagai tujuan diciptakannya manusia, Allah telah menjanjikan kebahagiaan abadi di sorga; akan tetapi Allah Swt mengingkari janjinya dan tanpa alasan menyiksa hamba-Nya di neraka selama-lamanya. Perbuatan seperti ini yang dapat disebut dengan kezaliman. Maha suci Allah Swt dari perbuatan seperti itu. Kalaupun Allah Swt menyiksa manusia dalam api neraka, itu karena manusia telah berbuat dosa dan tidak mematuhi-Nya. Sebagaimana Ia telah berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia; akan tetapi diri mereka sendiri yang berbuat zalim.” (QS. Yunus: 44).
Ia juga berfirman: “Dan hari ini tak satupun ada yang terzalimi. Dan tidaklah kalian dibalas melainkan sesuai dengan apa yang telah kalian perbuat.” (QS. Yasin: 54).

Anda juga telah menulis seperti ini: “Mereka juga berkata: “Ya… orang yang celaka dikarenakan perbuatannya sendiri. Akan tetapi apa dosa anak kecil berumur enam bulan yang harus merasakan pahitnya penyakit? Kalau penyakit tersebut disebabkan kesalahan kedua orang tua, lalu mengapa harus si anak yang menanggung hukumannya? Jika seandainya ia akan mendapatkan balasan yang baik—atas penderitaan yang dirasakan—di hari kiamat, apakah seekor burung tak berdosa yang telah diburu manusia akan mendapatkan balasan yang baik pula di hari itu?”

Anak kecil yang sakit bukan dikarenakan ia telah berdosa. Ini juga bukan karena dosa orang tuanya. Akan tetapi terkadang perbuatan buruk yang dilakukan oleh orang tua akan nampak pada anak-anak mereka. Allah Swt berfirman: “Hendaknya mereka takut (untuk menyiksa anak-anak yatim); karena siapa tahu mereka akan memiliki keturunan yang lemah dan diri mereka khawatir akan masa depan mereka…” (QS. An-Nisa’: 9).

Baca juga :   Mengetahui Esensi Tuhan

Ya, terkadang kezaliman kedua orang tua akan berdampak pada kehidupan anak-anak mereka. Tetapi penderitaan yang dirasakan oleh anak-anak, bukan hukuman Tuhan atas perbuatan orang tua; melainkan akibat dari kezaliman orang tua.
Adapun hewan, menurut Al-Qur’an, mereka juga akan dibangkitkan oleh Allah Swt di hari kiamat kelak. Allah Swt berfirman:
“Dan tidaklah seekorpun hewan melata dan yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat-umat seperti kalian. Tiada yang kami tinggalkan sesuatupun dalam kitab ini; kemudian mereka semua akan dibangkitkan oleh Tuhan (untuk dihisab dan menerima balasan).” (QS. Al-An’am: 38).

Hanya saja tidak ada keterangan lebih jelas mengenai dibangkitkannya hewan-hewan. Oleh karena itu jika kita memperhatikan kitab dan Sunnah milik Islam, maka kita akan menyadari bahwa tak ada satupun sesuatu yang ada di alam semesta yang tidak memiliki hikmah dan kemaslahatan.

Anda juga telah menulis seperti ini: “Singkatnya, yang jadi permasalahan bagi saya adalah:
Pertama, adanya kezaliman di dunia ini dan kebanyakan tidak ada hukumannya. Kedua, jangan-jangan di akherat juga seperti ini; yakni hewan-hewan yang dizalimi bisa jadi tidak mendapatkan balasan dan ganti rugi. Sungguh hal ini adalah kezaliman dan tidak benar.”

Pernyataan anda yang berbunyi: “kebanyakan—perbuatan zalim—tidak ada hukumannya”, sebenarnya kebanyakan hal yang anda sebut dengan kezaliman adalah “bencana”, bukan kezaliman yang sebenarnya. Hukuman hanya diberikan karena kezaliman, bukan karena bencana dan musibah. Sesungguhnya di balik buruknya bencana dan musibah terdapat banyak hikmah dan kemaslahatan. Adapun bagi pelaku kezaliman yang sebenarnya, jika memang di dunia dapat dihukum, maka ia akan mendapat hukuman di dunia. Dan jika tidak, sesuai dengan janji Allah Swt, ia akan mendapatkan ganjarannya di akherat kelak. Ia berfirman: “…Allah tidak menginkari janji.” (QS. Al-Ra’d: 31).
Adapun apakah hewan-hewan yang terzalimi kelak akan mendapatkan balasan atau tidak, yang jelas Allah Swt telah menyebut hari kiamat sebagai “…hari pembalasan” (QS. Al-Fathihah: 4). Allah Swt juga pernah menyinggung dibangkitkannya hewan-hewan. Oleh karenanya tak diragukan bahwa kelak hewan-hewan juga akan mendapat balasan masing-masing. Tetapi bagaimanakah balasan mereka, Allah Swt tidak menjelaskannya kepada kita. Yang kita ketahui hanyalah: “…tiada kezaliman di hari ini…” (QS. Al-Ghafir: 17).

(Visited 216 times, 1 visits today)

Leave a reply