Imam Musa Sadr: Ulama Pengayom Umat

0
1263

farhangnews_137540-394006-1438423092Imam Musa Sadr lahir pada 14 Khurdad tahun 1307 HS atau 4 Juni 1928 M di kota Qom. Ayahnya bernama Ayatullah Sayyid Sadruddin Sadr, salah seorang marja atau mufti agung. Tatkala pendiri dan pemimpin Hauzah Ilmiah di Qom Ayatullah Syeikh Abdul Karim Ha’eri wafat, Ayatullah Sadruddin Sadr berperan sebagai penggantinya.

Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat pertama dan dasar-dasar teologi, Imam Musa Sadr resmi bergabung ke Hauzah Ilmiah Qom pada Juni 1943. Di sana ia belajar ilmu pengetahuan dari kehadiran Ayatullah Sayyid Muhammad Baqir Sultani Thabathaba’i, Syeikh Abdul Jawad Jabal Amili, Imam Khomeini dan Sayyid Muhammad Muhaqqiq Damad.

Segera setelah menyelesaikan pendidikan agama tingkat menengah, Imam Musa Sadr memasuki kuliah tingkat tinggi atau pembahasan eksternal (bahts kharij), tepatnya di awal musim semi tahun 1947, dan menuntaskannya di akhir musim gugur tahun 1960 yakni hampir tiga belas tahun. Sepanjang itu, ia memperoleh banyak pengalaman, pengetahuan dan wawasan dari sekolah-sekolah besar, dari guru-guru agung yang datang dari Hauzah Ilmiyah Qom dan Najaf.

Di antara mereka adalah nama-nama terkemuka seperti: Ayatullah Sayyid Husein Thabathaba’i, Burujardi, Mohaqqeq Damad, Sayyid Muhammad Hujjat. Sementara guru beliau di Hauzah Ilmiyah Najaf adalah Ayatullah Sayyid Mohsen Hakim, Sayyid Abul Qasim Khu’i, Syeikh Husein Hali dan Syeikh Murtadha Ali Yasin.

Secara spesifik, Imam Musa Sadr belajar filsafat pada Ayatullah Sayyid Reza Sadr dan guru agung Sayyid Muhammad Husein Thabathaba’i di Qom, juga pada Ayatullah Syeikh Sadra Badkube-i di Najaf. Selain itu, lingkungan dan pergaulan amat mendukung Imam Musa Sadr untuk tumbuh dan matang dalam pengetahuan. Sejumlah teman diskusinya di Qom adalah Ayatullah Sayyid Musa Syabiri Zanjani, Syahid Dr. Behesyti, Sayyid Abdul Karim Musavi Ardebili dan Syeikh Naser Makarim Syirazi, dan teman diskusinya di Najaf yaitu Ayatullah Syahid Sayyid Mohammad Baqir Sadr.

Sepanjang hidupnya di Hauzah Ilmiyah, Imam Musa Sadr juga aktif mendidik dan melahirkan kader-kader ilmu. Yang paling menonjol di antara mereka di Iran ialah Ayatullah Syeikh Yusuf Shane’i, seorang marja agung di masa ini, dan di Lebanon yaitu Syahid Abbas Musavi, mantan sekretaris jenderal Hizbullah.

Baca juga :   Ayatullah Sayyid Ali Khamenei

Di samping kesibukannya belajar mengajar di Hauzah Ilmiyah, Imam Musa Sadr juga menempuh pendidikan formal. Ia menyelesaikan jenjang SMA, lalu melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi Universitas Teheran lulus pada tahun 1953 sebagai ulama sarjana pertama dengan skripsi “Hak-hak dalam Ekonomi”.

Sebelum berangkat menuju Najaf, Imam Musa Sadr dipercayai mengelola jurnal Forum Pendidikan Agama. Pada saat berada di Hauzah Ilmiyah Najaf, ia menjadi anggota dewan redaksi Muntada Al-Nasyr. Setelah kembali ke Qom, ia segera mengelola salah satu sekolah internasional kota ini, di samping juga berperan sebagai kepala redaksi majalah yang baru saja digagas, Ideologi Islam. Peran paling penting dari Imam Musa Sadr dalam beberapa tahun terakhir di kota Qom ialah rencana besar mereformasi pendidikan Hauzah Ilmiyah melalui konsultasi Ayatullah Dr. Behesyti dan Makarim Syirazi.

Aktivitas Politik

Pada akhir 1960, berdasarkan arahan Ayatullah Burujardi, Al-Hakim dan Syeikh Morteza Ali Yasin, Imam Musa Sadr menyambut penuh pesan wasiat Almarhum Ayatullah Sayyid Abdul Husein Syarafuddin, pemimpin Lebanon Syiah. Sebagai pengganti Almarhum itu, ia meninggalkan negerinya, Iran, menuju Lebanon. Di sana ia aktif dan gigih mereformasi budaya, sosial, ekonomi dan politik masyarakat Syiah di Lebanon. Di samping itu, ia juga mengubah Lebanon dengan wajah yang baik, adil, dan manusiawi. Untuk tujuan-tujuan mulia ini, Imam Musa Sadr berfokus pada tiga lini: rekonstruksi identitas, integritas dan martabat Syiah Lebanon.

n00069163-r-b-006Sejak masuknya musim dingin 1960, Imam Musa Sadr memulai aktivitas ekstensif  keagamaan dan kebudayaan di daerah-daerah penduduk Syiah di Lebanon. Ia menyelenggarakan penelitian dengan maksud mengidentifikasi akar-akar penyebab keterbelakangan sosial, ekonomi dan budaya Syiah Lebanon. Penelitiannya menghasilkan program-program: jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Sejak pertengahan 1961, Imam Musa Sadr melakukan perencanaan dan pelaksanaan program pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan.

Baca juga :   Ali ibn Abi Thalib a.s., Sang Syahid Mihrab

Di musim dingin tahun 1961, Imam Musa Sadr  menghidupkan kembali forum komunitas penyantun Al-Birwa Al-Ihsan, lalu melaksanakan program pelayanan kebutuhan keluarga miskin. Dengan program ini, ia berhasil mengentaskan budaya mengemis dalam skala kota dan sekitarnya.

Dalam rentang tahun 1962 sampai 1970 dan dalam rangka program jangka menengah, tepatnya di ratusan ribu kilometer antara kota dan desa di Lebanon, Imam Musa Sadr meluncurkan puluhan lembaga amal dan budaya serta pelatihan kejuruan. Hasilnya sangat memuaskan: ribuan keluarga miskin mendapatkan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi, mengurangi persentase buta huruf, pengembangan budaya umum dan pelaksanaan ratusan proyek pembangunan besar dan kecil di daerah-daerah Lebanon.

Majelis Tinggi Islam Syiah merupakan komponen pertama dari program jangka panjang Imam Musa Sadr, didirikan pada Juni 1970, dan ia sendiri duduk sebagai ketua melalui mekanisme pemilihan terbuka secara aklamasi.

Membentuk Masyarakat Perlawanan terhadap Agresi Israel

Dari tahun 1975 dan satu tahun sebelum gerakan Fath Palestina berdiri, Imam Musa Sadr berupaya mengubah pola hidup konsumtif masyarakat Lebanon menjadi masyarakat yang kuat dan tangguh terhadap agresi zionisme Israel. Meskipun menempatkan Lebanon sebagai basis utama untuk melakukan aktivitasnya, ia tidak pernah mengabaikan isu-isu dunia Islam. Revolusi Islam Iran, keamanan hauzah-hauzah ilmiyah, persatuan Arab Islam untuk melawan Israel dan memperluas Islam di Afrika merupakan rentetan fokus utamanya.

Pada 25 Agustus 1978, atau tepatnya di akhir agenda kunjungannya ke negara-negara Arab, Imam Musa Sadr terbang ke Libya atas undangan Mu’ammar Qadd
afi. Namun, setibanya di sana, ia diculik pada 31 Agustus. Rezim pengadilan Lebanon dan Italia melakukan penyelidikan. Sementara itu, Vatikan secara resmi membantah klaim pemerintahan Libya bahwa Imam Musa Sadr telah meninggalkan Libya dan tiba di Roma.

Baca juga :   Allamah Thabathaba’i: Mufasir, Filosof, Mujtahid dan Sufi

Semua data-data dan informasi intelijen yang terhimpun dan terbit dalam dua dekade sepenuhnya memastikan dirinya masih belum meninggalkan tanah Libya. Sepanjang beberapa dekade itu, begitu banyak indikasi dan bukti yang menguatkan bahwa Imam Musa Sadr masih hidup dan, seperti juga ulama yang lain, tengah menjalani hukuman seumur hidup di penjara.

Berita terakhir muncul pada tahun 2001 dari situs Front Penyelamatan Nasional Libya, menegaskan bahwa sebagian tahanan penjara Abu Sulaim Terables melihat keberadaan Imam Musa Sadr di akhir tahun 1998 sebelum beberapa waktu lalu dari bulan Ramadhan, ia dipindahkan ke tempat yang lain.

Figur yang Disegani Kawan dan Lawan

Fouad Ajami menyebut Imam Musa Sadr sebagai tokoh bintang pemikiran politik Syi’ah modern. Hal ini juga diungkapkan bahkan oleh diplomat Amerika setelah bertemu dia. Dia mendukung klaimnya dengan mengacu pada surat kawat yang dikirim oleh George M. Godley, duta besar AS untuk Lebanon,“Dia (Musa Sadr) adalah sudah pasti salah satu yang lebih, jika bukan yang paling mengesankan yang saya temui di Lebanon; karisma
kuat dan ketulusan yang menakjubkan. Di Lebanon, ia menghimpun popularitas yang signifikan karena hubungan baik dengan orang-orang muda.”

Imam Musa Sadr masih dianggap sebagai pemimpin politik dan spiritual penting oleh masyarakat Lebanon Syiah. Kedudukannya kokoh setelah kepergiannya pada bulan Agustus tahun 1978, dihormati oleh kedua pengikut Amal dan Hizbullah. Di mata banyak orang, ia menjadi martir dan imam yang hilang. Menurut Profesor Seyyed Hossein Nasr, pengaruh politik besarnya dan kharismanya cukup bagi orang untuk tidak menganggap semata-mata sikap filosofis, meskipun ia adalah seorang yang terlatih dalam tradisi intelektual Filsafat Islam.

Ingin mengenal Musa al-Sadr lebih jauh? Silakan baca jejak pemikiran dan perjuangan-nya di salah satu buku tentang beliau di sini

(Visited 150 times, 1 visits today)

Leave a reply