Filsafat dan Hikmah Puasa

0
741

Puasa bagi diri manusia memiliki berbagai dimensi yang begitu banyak, baik dari sisi materi maupun maknawi (spiritual), dan yang paling penting dari semua dimensi yang ada adalah dimensi etika dan filsafat edukasinya.

Beberapa manfaat penting yang ada dalam puasa adalah melembutkan jiwa, menguatkan kehendak yang ada dalam diri, dan menyeimbangkan daya insting.

Seseorang yang melakukan puasa, selain harus merasakan kelaparan dan kehausan dalam wujudnya, ia juga harus menutup matanya dari kelezatan dan kenikmatan biologis, serta membuktikan dengan amalan bahwa ia tidaklah seperti hewan yang terkungkung di dalam kandang dan rerumputan. Karena ia mampu menahan diri dari godaan nafsu dan lebih dominan dari hawa nafsu serta syahwatnya.

Pada hakikatnya, filsafat terpenting puasa terletak pada dimensi ruhani dan maknawi. Yaitu, seseorang yang memiliki seluruh kebebasan dan kewenangan dalam berbagai macam makanan serta minuman, setiap kali merasa lapar dan haus akan langsung bisa menikmati apa yang diinginkannya. Keadaannya sebagaimana pepohonan yang tumbuh menyandar di samping dinding yang terletak di pinggiran sebuah aliran air. Pepohonan semacam ini begitu lembut, kurang mampu bertahan dan sangat rentan terhadap serangan berbagai penyakit, serta tidak mempunyai kekuatan yang mampu bertahan lama. Apabila beberapa hari saja akarnya tidak menyentuh aliran air, maka pepohonan ini akan segera layu dan menjadi kering.

Lain halnya dengan pepohonan yang tumbuh di sela-sela bebatuan sahara atau yang tumbuh di tengah gunung tandus dan di jalanan yang gersang. Pepohonan yang batang serta dahannya senantiasa dimanjakan oleh angin topan dan teriknya panas matahari yang membakar serta dinginnya angin musim dingin, serta pepohonan yang tumbuh dengan segala kekurangan dan ketidakterpenuhan sejak masa kecil dan pada masa pertumbuhannya ini, menjadikannya sebagai sebatang pohon yang tegar, kuat, penuh kemandirian, dan pantang menyerah.

Demikianlah halnya dengan puasa. Ia mempengaruhi jiwa manusia seperti ini. Dan pada batasan-batasan tertentu, ia akan memberikan pertahanan dan kekuatan kemauan dan daya dalam melawan segala peristiwa yang sulit. Ketika naluri liarnya telah terkontrol dengan baik, maka puasa ini akan memancarkan pula cahaya dan kejernihan di dalam kalbunya.

Baca juga :   Karya Baru Fiqih Transaksi dan Investasi dalam Seri Studi Fiqih Ijtihadi

Ringkasnya, puasa dapat memberikan lompatan yang menakjubkan dari alam hewani menuju ke alam malaikat. Al-Qur’an berfirman, “Supaya kamu bertakwa.” (QS. al-Baqarah [2]: 183) Ayat ini menjelaskan filsafat diwajibkannya puasa yang mengisyaratkan pada kompleksitas hakikat tersebut.

Demikian juga, hadis masyhur “Puasa merupakan perisai dalam menghadapi api neraka” mengisyaratkan pula tentang persoalan ini. Dalam hadis yang lain, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s. bertanya kepada Rasulallah SAW, “Apa yang harus kita lakukan supaya setan menjauhi kita?” Rasulullah SAW bersabda, “Dengan berpuasa, wajah setan akan berubah menjadi hitam, infak di jalan Allah akan melobangi punggungnya, bersahabat karena Allah dan menjaga amalan yang salih akan memotong ekornya, sedangkan beristighfar akan memutuskan urat nadi kalbunya.” (Bihâr al-Anwâr, jld. 96, hlm. 255).

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as dalam Nahj Al-Balaghah menjelaskan filsafah ibadah. Pada pembahasan puasa beliau berkata, “Puasa itu untuk menguji keikhlasan seorang hamba.”

Demikian juga pada hadis yang lain, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya surga mempunyai sebuah pintu yang bernama Rayyân.Tidak seorang pun yang melewati pintu itu kecuali orang-orang yang berpuasa.”

Al-Marhum Syaikh Shaduq dalam Ma‘ânî Al-Akhbâr, dalam menjelaskan hadis tersebut, menuliskan, “Latar belakang pemilihan nama Rayyân untuk salah satu pintu surga ini adalah kesulitan yang biasanya dihadapi oleh orang-orang yang melakukan puasa. Yaitu rasa dahaga. Ketika orang-orang yang berpuasa memasuki surga dan melewati pintu ini, mereka akan meneguk air minum yang ada di dalamnya sehingga setelah itu mereka tidak akan pernah merasa kehausan lagi untuk selamanya.” (Bihâr al-Anwâr, jld. 96, hlm. 252).

Pengaruh Sosial Puasa
Telah jelas dan bukan merupakan suatu topik yang tersembunyi bahwa puasa merupakan sebuah pelajaran persamaan dan persaudaraan di antara individu masyarakat. Dengan melakukan ajaran ini secara baik dan benar, orang-orang yang mampu sebagaimana para fakir miskin akan ikut merasakan bagaimana menikmati kelaparan dan juga dengan menghemat penggunaan makanan pada siang dan malam hari, mereka akan bisa bergegas untuk membantu para fakir miskin.

Tentunya bisa saja terjadi, dengan hanya menceritakan keadaan orang-orang yang ditimpa kelaparan dan kekurangan ini, orang-orang yang mampu pun akan bisa memberikan atensinya kepada mereka. Tetapi, apabila problema ini dimanifestasikan dalam bentuk perasaan, maka hal ini akan memberikan impesi dan bias yang lain lagi. Puasa dengan subjek penting seperti ini akan memberikan warna intuitif dalam kehidupan sosial.

Baca juga :   Keadilan dalam Poligami

Oleh karena itu, dalam hadis masyhur dari Imam Al-Shadiq a.s. disebutkan bahwa Hisyam bin Hakam bertanya tentang sebab puasa disyariatkan bagi manusia. Beliau menjawab,“Puasa diwajibkan bagi manusia karena di dalamnya terdapat hak kesamaan dan penyamarataan antara orang-orang fakir dengan oang-orang yang berkecukupan. Hal ini dimaksudkan supaya orang-orang yang berkecukupan bisa merasakan bagaimana rasa lapar, sehingga mereka mau memberikan haknya kepada yang fakir. Karena orang-orang yang berkecukupan biasanya bisa mendapatkan apapun yang mereka inginkan, maka Allah SWT menginginkan adanya penyamarataan di antara hamba-hamba Nya, dan memberikan rasa lapar, lemas, kesakitan, dan kesulitan serta kepayahan kepada golongan yang berkecukupan ini. Pada akhirnya di dalam kalbu-kalbu mereka akan terbentuk rasa iba dan belas kasih kepada orang-orang yang menderita kelaparan.” (Wasâ’il Al-Syi’ah, jld. hlm. 3).

Sebenarnya, apabila negara-negara kaya di seantero dunia melakukan puasa beberapa hari saja dalam setahun dan ikut merasakan rasa lapar, apakah mungkin kelaparan di dunia masih tetap ada?

Pengaruh Puasa terhadap Kesehatan dan Penyembuhan
Dalam ilmu kedokteran masa kini dan masa lalu telah banyak bukti bahwa imsâk (menahan lapar) mempunyai pengaruh luar biasa yang tidak bisa dipungkiri dalam penyembuhan berbagai macam penyakit. Hanya sedikit para dokter yang tidak menyinggung kenyataan ini dalam tulisan-tulisan mereka. Kita mengetahui bahwa penyebab munculnya banyak penyakit adalah karena manusia berlebihan dalam menyantap beragam makanan, karena bahan-bahan additif tidak bisa tercerna dengan baik di dalam alat pencernaannya, maka bahan ini akan muncul dalam bentuk lemak yang menjadi pengganggu pada bagian-bagian badan atau berubah menjadi lemak serta gula aditif yang tertinggal di dalam darah. Bahan-bahan aditif ini berada di sela-sela urat badan, yang pada hakikatnya merupakan lumpur berbau busuk yang sangat efektif sebagai lahan berkembang biaknya berbagai macam mikroba dan penyakit-penyakit infeksi. Dalam keadaan ini, jalan terbaik yang bisa dipergunakan untuk melawan penyakit tersebut adalah menghancurkan dan membersihkan lumpur barbau busuk tersebut dari badan dengan cara imsâk dan puasa.

Baca juga :   Beberapa Hukum seputar Puasa Musafir

Puasa akan membakar sampah-sampah dan bahan-bahan additif yang tidak dapat dicerna di dalam badan manusia. Pada dasarnya, dengan melakukan puasa akan terjadi pembaharuan di dalam tubuh manusia.

Selain merupakan waktu istirahat bagi sistem pencernaan yang perlu mendapat perhatian, puasa juga merupakan faktor berpengaruh besar dalam melakukan servis terhadap sistem pencernaan, dan dengan memperhatikan bahwa sistem ini merupakan sebuah sistem yang paling peka di antara keseluruhan sistem yang ada di dalam tubuh manusia, sementara di sepanjang tahun senantiasa berada dalam aktifitasnya untuk melakukan pekerjaan, maka melakukan sejenak istirahat bagi sistem ini merupakan suatu hal yang lazim dan amat diperlukan.

Jelaslah kiranya bahwa orang-orang yang melakukan puasanya sesuai dengan aturan yang ada dalam Islam, tidak dibenarkan berlebih-lebihan dalam menyantap makanan ketika berbuka puasa dan sahur. Hal ini lantaran supaya mereka memperoleh kesehatan maksimal. Jika tidak demikian, maka bisa jadi hasil yang muncul akan berlawanan dengan yang seharusnya.

Alex Sufrin, seorang ilmuwan Rusia, dalam bukunya menulis, “Penyembuhan dengan cara berpuasa mempunyai manfaat yang khas untuk penyakit amnesia, diabetes, mata, lemah pernafasan, penyakit jamur yang kronis, luka dalam dan luar, TBC, hydropsy, rematik, kulit yang terkelupas, penyakit kulit, ginjal, liver, dan penyakit-penyakit lainnya. Tetapi, penyembuhan dengan cara berpuasa ini tidak hanya bermanfaat untuk penyakit-penyakit yang tertera di atas, bahkan penyakit-penyakit yang berhubungan langsung dengan jasmani manusia yang bercampur dengan sel-sel badan, seperti kanker, shiphlish, TBC, serta pes pun bisa disembuhkan dengan melakukan puasa.”

Dalam sebuah hadis masyhur, Rasulullah SAW bersabda, “Berpuasalah supaya Kamu menjadi sehat.” (Bihâr Al-Anwâr, jld. 96, hlm. 255).

Dalam hadis terkenal lainnya tertulis,”Usus besar merupakan sarang penyakit dan mencegah makanmerupakan obat paling utama.” (Bihâr Al-Anwâr, jld 14, hlm. 122).

(Visited 139 times, 1 visits today)

Leave a reply