
STUDISYIAH-COM–Cara mudah membuktikan wujud Allah dapat diperoleh dengan merenungkan ayat-ayat, tanda-tanda kekuasaan-Nya yang terhampar dan memenuhi jagad raya ini, bahkan dalam diri kita sendiri.
Baca Sebelumnya: Cara Mudah Mengenal Allah (1): Nilai-Penting dan Keunggulan
Al-Quran menyinggung cara (argumentasi) ini dengan istilah “tafakkur li ayatillah” yakni memikirkan tanda-tanda Allah. Seakan-akan setiap individu dan fenomena alam ini, baik di bumi ataupun di langit atau yang ada dalam diri setiap manusia itu sendiri, merupakan dalil dan ayat (tanda) Allah SWT yang memberikan petunjuk kepada hati untuk beranjak menuju sumber dan pusat keberadaan yang hadir pada setiap ruang dan waktu.
Dari mana Kita memulai?
Dari tulisan yang sedang Anda baca ini. Ya, tulisan ini sudah merupakan salah satu dalil dan ayat atas wujud Allah. Bukankah dengan membaca buku ini Anda akan mengenal keberadaan penulisnya? Bukankah Anda juga percaya bahwa penulisnya punya tujuan dalam menulis makalah ini? Pernahkah Anda berasumsi bahwa tulisan ini tercipta akibat pengaruh sekelompok benda tanpa seorang penulis yang mempunyai motif dan tujuan?
Bukankah termasuk kebodohan jika seseorang percaya bahwa sebuah ensklopedia berjilid-jilid tercetak dan terbit hanya akibat dari ledakan kandungan bumi kemudian pecahan-pecahan yang beterbangan di udara itu menyatu dan membentuk huruf-huruf dan kemudian secara tiba-tiba membentur kertas-kertas dan terbitlah buku yang berjilid-jilid tersebut?
Lebih tidak masuk akal lagi bila seseorang berkeyakinan bahwa alam semesta yang penuh hikmah, baik yang diketahui maupun tidak, tercipta secara spontan, terjadi begitu saja, tanpa sebab apa pun. Bahkan bisa dikatakan orang yang berkeyakinan semacam ini ribuan kali lebih bodoh dibandingkan orang yang meyakini terciptanya kitab yang berjilid-jilid secara tiba-tiba.
Setiap sistem yang terarah dan bertujuan merupakan dalil atas adanya pembuat sistem tersebut. Kita saksikan bahwa sistem yang terarah dan bertujuan di seluruh alam semesta ini merupakan sistem universal yang menunjukkan adanya Sang Pencipta Yang Mahabijak yang telah menciptakan sistem tersebut, dan Dia senantiasa memeliharanya.
Bunga-bunga yang tumbuh di taman dengan berbagai macam warna yang indah dan aroma yang semerbak, pohon apel yang memberikan buah yang berasal dari sebutir biji yang kecil, yang setiap tahun mengeluarkan buah yang meruah dengan berbagai warna yang memikat dan rasa yang lezat. Begitu pula burung Pipit yang berkicau dan begitu lincah berpindah dari satu tangkai ke tangkai yang lain.
Amati pula bagaimana ayam membelah dan memecahkan kulit sebutir telur kemudian keluar darinya seekor anak. Juga, anak sapi yang lahir dari induknya kemudian menyusu. Air susu yang memenuhi kantong susu induknya dipersiapkan untuk menyusui anak-anaknya. Seluruh fenomena itu merupakan tanda-tanda pengetahuan, kekuasaan, kebesaran, kebijaksanaan dan, tentu saja, keberadaan Allah Sang Pencipta.
Sungguh penciptaan dan pengaturan yang menakjubkan manakala air susu keluar dari penyusuan induknya itu bersamaan dengan kelahiran anak-anaknya. Ikan-ikan di laut yang setiap tahunnya untuk pertama kali menempuh perjalanan ribuan kilometer guna mengeluarkan telurnya. Burung-burung laut yang mengetahui sarang-sarangnya di antara tumbuh-tumbuhan laut yang begitu banyak dan beragam, tidak pernah keliru mengambil jalan kembali ke sarangnya, walau untuk sekali saja. Lebah yang keluar dari sarangnya setiap pagi lalu menempuh perjalanan yang panjang untuk mengisap bunga-bunga kemudian kembali pada malam hari ke sarangnya.
Semua itu merupakan tanda-tanda keberadaan dan kebesaran Allah SWT. Yang lebih mengherankan dan menakjubkan dari itu semua adalah lebah, sapi atau kambing tersebut menghasilkan madu dan susu melebihi kebutuhan mereka sehingga dapat bermanfaat dan dimanfaatkan manusia sebagai makhluk yang memiliki kelebihan tersendiri.
Kita akan lebih banyak menemukan tanda-tanda kekuasaan dan pengaturan Sang Pencipta yang Mahabijak yang lebih menakjubkan di dalam tubuh manusia. Organ-organ tubuh ini tersusun begitu rapi. Setiap organ tersusun dari jutaan sel yang hidup secara mandiri. Padahal seluruh sel itu tumbuh dan berasal dari satu sel betina. Dan setiap sel itu mengandung bahan-bahan yang dibutuhkan dengan porsi tertentu. Dan, masing-masing organ itu diletakkan pada tempatnya yang sesuai.
Kita perhatikan pula bagaimana organ-organ ini berfungsi: menghirup oksigen melalui paru-paru, lalu memindahkannya melalui darah merah, juga aktivitas-aktivitas hati untuk membuat gula yang diperlukan kemudian menyingkirkan sel-sel yang rusak dan menggantikannya dengan sel-sel yang baru dan memusnahkan kuman-kuman melalui mekanisme tertentu. Demikian pula cara kerja organ-organ tubuh lain yang begitu mengagumkan. Semua itu menunjukkan wujud dan kebesaran Sang Penciptanya.
Maka, pertanyaan ini menjadi rasional: siapakah yang mengadakan sistem cipta yang sangat menakjubkan ini, dimana ribuan ilmuwan sepanjang sejarah umat manusia tidak mampu mengungkap rahasia-rahasia alam penciptaan. Setiap sel merupakan sistem kecil yang mempunyai tujuan. Dan setiap kelompok dari sel-sel itu membentuk anggota yang merupakan sistem yang lebih besar. Kumpulan dari kelompok-kelompok yang banyak dan rumit itu membentuk satu sistem badan yang lebih luas dan terarah pada tujuan yang khas.
Tidak berakhir sampai di situ saja. Sistem-sistem yang tak terhingga, yang terdiri dari makhluk-makhluk bernyawa dan mati itu, membentuk tata cipta yang universal sebagai alam yang diatur oleh Tuhan Yang Esa dengan pengaturannya yang cermat dan bijak. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Demikian itulah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?” (QS. Al-An’am: 95).
Jelas, semakin banyak dan luasnya pengetahuan manusia dan semakin banyak sistem serta hubungan antara fenomena alam yang dapat disingkap, maka semakin jelas pula rahasia-rahasia penciptaan alam semesta ini. Akan tetapi, memikirkan fenomena alam yang sederhana melalui dalil-dalil yang jelas sudah cukup bagi hati yang tulus untuk membuktikan keberadaan wujud Sang Pencipta alam yang Mahakuasa.
Sumber: Muhammad Taqie Misbah Yazdi, Amuzesy Aqa’id, Sazman Tablighate Islami, Qom-Iran, 1375 HS).