Bagaimana Wahyu Diturunkan?

Ketika menerima wahyu secara langsung, tanpa perantara, Rasulullah saw merasa ada yang membebani dirinya. Teramat berat sehingga tubuhnya menggigil. Keningnya mengucurkan keringat deras. Jika wahyu itu sampai ketika beliau sedang menunggang unta atau kuda, maka punggung hewan itu membungkuk dan hampir menyentuh tanah.
Ali bin Abi Thalib berkata, “Ketika surah al-Maidah diturunkan kepada Rasulullah saw, beliau saw sedang menunggang seekor keledai bernama Syahba. Wahyu telah membuat beliau menjadi berat, sehingga hewan yang berdiri itu perutnya tergantung. Aku melihat pusar hewan itu nyaris menempel tanah. Pada saat itu Rasulullah saw tak sadarkan diri dan tangan beliau saw berada di atas kepala salah seorang sahabat” (Tafsir Al-Ayyasyi, jilid 1, hal.388).
Ubadah bin Shamit berkata, “Ketika wahyu turun, wajah Rasulullah saw pucat pasi. Pada saat itu beliau menundukkan wajahnya. Kemudian para sahabat juga mengikuti beliau” (Thabaqat Ibn Sa’d, jilid 1, hal.131).
Kita tidak mengerti mengapa Rasulullah saw mengalami hal demikian. Kita tidak mengetahui hakikat wahyu itu sendiri. Untuk mengetahui lebih rinci, silahkan merujuk ke kitab-kitab yang membahas tentang wahyu dan cara turunnya (Silahkan merujuk ke At-Tamhid fi Ulum al-Quran karya Muhammad Hadi Makrifat, jilid 1, hal.66 dan seterusnya ).
Sebagian orang yang menentang agama mempermasalahkan tentang wahyu Tuhan kepada hamba-hamba terbaik-Nya. Mereka membuat kisah-kisah tak berdasar, fiktif.
Untuk menjawab keraguan tentang wahyu, kami menyuguhkan dua pertanyaan berikut:
1. Mungkinkah seorang nabi, pada awal pengutusannya, berprasangka buruk terhadap dirinya sendiri serta meragukan apa yang dialaminya?
2. Mungkinkah setan mencampuri wahyu dan menjelmakan tipu muslihatnya dalam bentuk wahyu?
Menurut sabda-sabda dan ajaran mulia yang bersumber dari Ahlulbait, kemungkinan itu tidak akan pernah ada pada Rasulullah saw. Namun, dalam tulisan-tulisan ahli hadis dari jalur selain Ahlulbait, jawabannya adalah “bisa” karena mereka banyak meriwayatkan hadis yang bertentangan dengan ke-ishmah-an dan meragukan landasan dan dasar kenabian.