Kapan Tuhan Ada dan di manakah Dia?

STUDISYIAH.COM–Dalam filsafat terbukti bahwa wujud Tuhan Yang Maha Esa adalah wujud yang tak terbatas. Dan sebelum menciptakan alam ciptaan yang terbatas ini, Dia ada di mana-mana. Pertanyaan yang kemudian muncul berikutnya:
Lantas bagaimana Tuhan menciptakan alam semesta?
Apakah Dia menciptakan alam semesta di dalam wujudnya?
Apakah Dia menciptakan alam semesta di luar wujudnya?
Jika demikian, bukankah Tuhan tidak bersama dengan ciptaannya? Atau apakah, naudzubillah, wujud-Nya adalah wujud alam semesta, dimana pendapat seperti ini berasal dari keyakinan yang salah yang dikenal Kesatuan Wujud atau wahdat al-wujud itu?
Lalu, bagaimanakah Tuhan menciptakan alam semesta tanpa harus timbul kekurangan dalam wujud mulia-Nya?
Pada dasarnya, pertanyaan ini adalah pertanyaan yang salah. Misalnya, di pendahuluan dari pertanyaan disebutkan seperti ini: “Wujud Tuhan yang maha esa adalah wujud yang tak terbatas, dan sebelum menciptakan alam ciptaan yang terbatas, Dia ada di mana-mana.” Kalimat terakhir ini tidak dapat dibenarkan karena sebelum penciptaan, kata “tempat” tidak memiliki arti apa-apa, apalagi kata “di mana-mana”. Ini adalah jawaban pertama.
Kedua, Anda telah membayangkan bahwa wujud Tuhan adalah wujud materi yang tak terbatas. Oleh karena itu, Anda mengatakan bahwa Tuhan ada di mana-mana dengan maksud: Tuhan adalah realitas materiil yang menempati segenap ruang dan seluruh tempat sehingga tak sedikitpun ruang yang kosong dari wujud Tuhan. Padahal wujud Tuhan bukan wujud materi. Maha suci Tuhan dari semua hal itu.
Jadi, kita tidak dapat membayangkan wujud Tuhan bertempat dan berada dalam lingkup waktu. Bagi-Nya tidak ada kata “dalam” dan “luar”. Tuhan tidak berada di dalam sesuatu, tidak pula berada di luarnya. Karena semua itu hanya berlaku bagi realitas yang berupa materi dan berbentuk.
Dengan demikian, makhluk ciptaan Tuhan tidak berada di luar wujud Tuhan, tidak berada di dalam wujud Tuhan, juga wujud Tuhan bukan wujud makhluk ciptaan-Nya, karena Dia adalah Maha Pencipta, sementara makhluk adalah realitas ciptaan-Nya. Pencipta bukanlah ciptaan, Khaliq bukanlah makhluk. Maka, arti ketakterbatasan Tuhan tidak seperti yang Anda bayangkan.
Ketakterbatasan Tuhan adalah kesejatian wujud-Nya yang benar-benar ada tanpa harus ada batasan ruang, waktu dan batasan lainnya. Makna kebersamaan Tuhan dengan makhluknya bukan berarti Tuhan menempati suatu tempat bersama makhluk, akan tetapi kemeliputan mutlak ilmu, kekuasaan, dan kehendak-Nya atas semua makhluk yang telah Dia ciptakan.
Sumber:
Muhammad Husain Thabathaba’i, Islam va Insan-e Mu’asher, Majma’ Jahani Ahlul Bait, Qom, 1379 HS.