Awal dan Penundaan Turunnya Al-Quran

Al-Quran adalah kumpulan ayat dan surah yang diwahyukan kepada Rasulullah saw sebelum dan setelah hijrah. Al-Quran diwahyukan di berbagai kesempatan dan peristiwa secara terpisah. Al-Quran diwahyukan secara bertahap, ayat per ayat, surah per surah hingga Rasulullah saw wafat. Setelah itu ayat-ayat dan surah-surah itu dikumpulkan menjadi buku.
Setiap kali muncul problem yang berkaitan dengan umat Islam, maka untuk menyelesaikannya, ayat atau surah diturunkan. Peristiwa itu disebut dengan Asbab Al-Nuzul atau Sya’n Al-Nuzul. Mengetahuinya adalah hal yang sangat penting. Tujuannya adalah memahami secara jeli berapa ayat al-Quran yang diturunkan.
Ayat-ayat al-Quran turun secara terpisah, karena itu al-Quran berbeda dengan kitab-kitab samawi lainnya. Suhuf Ibrahim as dan lembaran-lembaran Musa as turun sekaligus. Inilah yang menyebabkan kaum musyrik mencari-cari kelemahan al-Quran, seperti ditegaskan oleh ayat, Dan orang-orang kafir berkata, “Kenapa al-Quran tidak turun sekaligus?”
Al-Quran menjawab pertanyaan mereka, “Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar)” (QS. al-Furqan:32).
“Dan al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian” (QS. al-Isra:106).
Hikmah penurunan al-Quran secara bertahap adalah agar Rasulullah dan kaum Muslim merasa bahwa mereka selalu berada dalam inayah Ilahi. Ada jalinan yang tidak pernah terputus antara mereka dengan Tuhan. “Dan bersabarlah dalam (menyampaikan) hukum Tuhanmu karena sesungguhnya kamu berada di bawah perlindungan (pantauan) Kami…” (QS. Thur:48).
Awal Turunnya Al-Quran
Al-Quran diturunkan pertama kali pada bulan suci Ramadhan, tepatnya di malam Qadr (Lailatul Qadr):
“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)” (QS. al-Baqarah:185). “Sesungguhnya Kami menurunkannya (al-Quran) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah” (QS. ad-Dukhan:3-4).
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya di malam Qadr…” (QS. al-Qadr:1).
Lailatul Qadar, kemungkinan terjadi pada dua malam, yaitu malam ke-21 dan 23, bulan suci Ramadhan. Syekh Kulaini meriwayatkan dari Hasan bin Mihran ketika bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq tentang tepatnya malam lailatul Qadar, beliau menjawab, “Di salah satu dari dua malam, 21 dan 23.” Zurarah meriwayatkan dari Imam Ja’far Shadiq bahwa beliau berkata, “Malam 19 adalah malam takdir, malam 21 adalah malam ta’yin (penentuan takdir) dan malam 23 adalah malam penutup dan disetujuinya perkara.” [1] Syekh Shaduq berkata, “Ulama-ulama besar kita bersepakat bahwa lailatul Qadar itu terjadi pada malam ke-23 bulan Ramadhan.”[2]
Tertundanya Turunnya Al-Quran Selama Tiga Tahun
Awal mula turunnya wahyu risali pada tanggal 27 Rajab, tiga belas tahun sebelum hijrah (609 M).[3] Namun, turunnya al-Quran sebagai kitab samawi, pernah tertunda selama tiga tahun. Ketertundaan ini disebut Fatrah.[4] Ketika berada dalam rentang waktu itu, Rasulullah SAW menjalankan misi dakwahnya secara diam-diam hingga ayat ini diturunkan, “Maka sampaikanlah secara terang-terangan segala yang diperintahkan (kepadamu)” (QS. Al-Hijr:94). Kemudian beliau pun berdakwah secara terang-terangan.[5]
Abu Abdillah Zanjani berpendapat bahwa setelah ayat ini diturunkan, “Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan”, al-Quran tidak lagi turun hingga tiga tahun. Rentang waktu itu disebut dengan nama fatrah. Kemudian al-Quran diturunkan secara bertahap dan ditolak oleh orang-orang musyrik.[6]
Referensi:
[1] (Muhammad bin Hasan Hur Amili, Wasail Al-Syi’ah, jilid 7, bab bulan Ramadhan, bab 32, hadis 1 dan 2; Syekh Thusi, Al-Tahdzib, jld. 4, hlm.330).
[2] Syekh Shaduq, Al-Khishal, jilid 2, hal.102; At-Tamhid, jilid 1, hal.108-109.
[3] Banyak riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah saw diangkat sebagai rasul pada tanggal 27 bulan Rajab. Riwayat-riwayat itu mengandung ibadah-ibadah khusus. Dijelaskan bahwa pada hari itu pintu-pintu berkah dibuka lebar. Bagi Anda yang berkehendak untuk mengetahuinya lebih jauh, silahkan merujuk ke kitab Ibnu Syekh, Al-Amali, hal.28; Al-Kafi, jilid 4, hal.149; Bihar al-Anwar, jilid 18, hal.189; Wasail asy-Syi’ah, jilid 7; Abwab ash-Shaum al-Mandub, bab 15, hadis 1-7; Manaqib Ibn Syahr Asyub, jilid 1, hal.150; Sirah Halabiah, jilid 1, hal.238; Muntakhab Kanz al-Ummal dar Hasyiah_ye Musnad Ahmad, jilid 3, hal.362.
[4] Fatrah berarti lemah dan kurang. Kata fatrah di sini sebagai kinayah dari terputusnya keberlangsungan wahyu al-Quran.
[5] Sirah Ibn Hisyam, jilid 1, hal.280; Abul Hasan Ali bin Ibrahim Qomi, Tafsir al-Qomi dalam penjelasan ayat 94, surah al-Hijr; Manaqib Ibn Syahr Asyub, jilid 1, hal.40.
[6] Tarikh al-Quran, hal. 9.