Ayat Mawaddah: Nabi Nuh saja tidak Minta, kenapa Nabi SAW Minta Upah dari Umatnya?

Pemakaman Baqie, sebelah kiri Masjid Nabi, Madinah, empat baru nisan makam Ahlulbait Nabi SAW berjajar, dari kanan: Imam Hasan Al-Mujtaba, Imam ALi Zainal Abidin, Imam Muhammad Baqir dan Imam Ja'far Shadiq a.s.
STUDISYIAH.COM–Salah satu ayat yang terfokus khusus pada Ahlul Bait Nabi SAW dan kedudukan mereka dalam Al-Quran ialah ayat yang dikenal dengan nama Ayat Mawaddah, yakni Ayat Cinta. Disebut demikian karena di ayat tersebut tercantum kata mawaddah (kecintaan) dan dikaitkan kepada kerabat Nabi SAW.
Secara singkat, Ayat Mawaddah menerangkan bahwa balasan umatnya atas jerih payah dakwah Nabi SAW ialah mencintai Ahlul Bait atau keluarga beliau:
“Katakanlah (wahai Muhammad), aku tidak meminta balasan dari kalian atas jasaku kecuali kecintaan pada kerabat” (QS. Al-Syura: 23).
Tentang ayat ini, ada dua pertanyaan penting:
Pertanyaan Pertama, siapakah kerabat di akhir ayat di atas ini?
Jawab: sebagian mufasir Ahli Sunnah seperti Imam Qurtubi, Imam Zamakhsyari, Imam Suyuthi, juga imam hadis seperti: Imam Hakim Naisyaburi, Imam Haskani, Imam Bayhaqi dan 40 nama imam hadis dan mufasir lain sepakat dengan mufasir Syiah. Mereka sama-sama membawakan riwayat-riwayat yang juga menjelaskan bahwa kerabat di sini ialah ahlul bait Nabi SAW, yaitu Imam Ali, Siti Fatimah dan kedua putra mereka: Hasan dan Husain a.s.

Pemakaman Baqie sebelum diratakan dengan tanah oleh kerajaan Saudi Arabia
Imam Qurtubi dalam tafsirnya atas ayat di atas membawakan riwayat dari Ibnu Abbas, “Ketika Allah menurunkan, “Tidakkah kamu membaca, “Katakanlah (wahai Muhammad) aku tidak meminta balasan dari kalian atas jasaku kecuali kecintaan pada kerabat”, orang-orang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah mereka yang akan kami cintai itu? Beliau bersabda, “Ali, Fatimah dan kedua putranya.”
Imam Thabari dan Imam Suyuthi dalam tafsir mereka juga membawakan sebuah riwayat dari Abu Daylam, menceritakan peristiwa putra Imam Husein, Ali Zainal Abidin a.s., diarak sebagai tawanan hingga dibawa ke atas gerbang kota Damskus. Tiba-tiba seorang warga kota berdiri dan mengatakan, “Puji syukur bagi Allah yang telah membunuh dan menumpas habis kalian!”
Maka Imam Ali Zainal Abidin bertanya kepadanya, “Apakah kamu membaa Al-Qur’an?” “Ya,” jawabnya.
Imam melanjutkan, “Apakah kamu membaca Aala ha-min?” “Tidak”, tegasnya.
Imam bertanya lagi, “Tidakkah kamu membaca, “Katakanlah (wahai Muhammad) aku tidak meminta balasan dari kalian atas jasaku kecuali kecintaan pada kerabat”?
Orang itu balik bertanya dengan nada heran, “Jadi, kalian ini adalah mereka itu?” Imam Ali Zainal Abidin a.s. menjawab, “Iya.” (Al-Durr Al-Mantsur, jil. 13, hal. 150).
Pertanyaan Kedua
Kenapa Nabi SAW meminta balasan atas jerih payah yang ditugaskan oleh Allah swt. sedangkan Nabi Nuh as. saja sama sekali tidak mengharapkan balasan kecuali hanya dari Allah SWT?
Jawaban pertama: Permintaan Nabi SAW itu adalah atas perintah ekspisit Allah SWT, sebagaimana kata perintah di awal ayat di atas, “Katakanlah! ….” yaitu perintah kepada Nabi SAW agar mengatakan kepada sekalian umat bahwa dirinya tidak meminta upah dan balasan apa pun kecuali kecintaan kepada Ahlul Bait a.s.
Jawaban Kedua: permintaan balasan itu merupakan puncak belas kasih Nabi SAW kepada umatnya, karena balasan yang diminta beliau tidak lain adalah untungan yang kembali kepada mereka sendiri, bukan kepada beliau sendiri. Yakni, beliau tidak hanya menyampaikan materi dakwah dan misi Ilahi, tapi juga membuka peluang bagi kita untuk senantiasa mendapatkan anugerah Tuhan sebanyak mungkin.
Sebagai contoh saja, dokter sejati selalu menginginkan pasiennya selalu sehat. Satu-satunya cara yang menjamin kesehatan pasiennya adalah, misalnya, jalan kaki di ruang terbuka selama satu jam, sementara pasien sendiri tidak mengerti pentingnya jalan kaki tersebut.
Atas dasar perhatian dan kasih sayang, dokter lantas meminta upah dari pasien yang tidak mampu itu. Pasien pun pasrah karena tidak memiliki uang sehingga dia mengatakan, “Apa saja yang dokter minta akan saya laksanakan semampu saya”.
Lalu dokter memintanya berjanji jalan kaki setiap hari satu jam di ruang terbuka. Tentu saja, pasien yang sayang akan dirinya dan menginginkan kesehatan untuk dirinya sendiri akan melaksanakan permintaan dokter itu. Entah disadari atau tidak oleh pasein, upah dan permintaan dokter itu hanya demi keselamatan dia sendiri dan sama sekali bukan keuntungan untuk diri dokter.